Zohri dkk Pecahkan Rekor Nasional
Zohri dkk Pecahkan Rekor Nasional. Lalu Muhammad Zohri dkk sukses mempersembahkan medali perak pada
nomor lari estafet 4×100 meter putra di Stadion Utama Gelora Bung Karno
(SUGBK), Jakarta.
Bahkan, para sprinter Merah Putih itu menciptakan rekor nasional pada lomba tersebut. Zohri bersama tiga rekannya, Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara, berhasil menyentuh garis finis kedua dengan catatan waktu 38,77 detik, yang merupakan rekor baru nasional.
Capaian itu hanya kalah dari kuartet Jepang, Ryota Yamagata, Shuhei Tada, Yoshihide Kiryu, Aska Antonio Cambridge, yang mendapatkan emas dengan 38,16 detik. Adapun perunggu berhasil diamankan oleh China yang berselisih 0,12 detik dari pasukan Indonesia.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor Tanjung mengatakan ini merupakan hasil yang luar biasa. Apalagi, nomor ini memang diproyeksikan untuk bisa meraih medali di Asian Games 2018. “Ini adalah komposisi terbaik di estafet, dan ini menjadi pertama kalinya bisa menem bus 39 detik,” ujar Tigor.
“Desain pembentukan tim ini, menarik karena harus menganalisis melalui pelatih, uji coba, hingga perlu berganti pelatih, penempatan pelari juga berubah. Komposisi ini bukan seperti ini, terakhir sebenarnya Yaspi Boby sebagai pelari terakhir. Tapi akhirnya Bayu yang menggantikannya,” tuturnya.
Selain itu, Tigor juga mengatakan kesuksesan tim estafet putra mendulang medali perak untuk pertama kalinya sejak terakhir diraih pada Asian Games 1966 di Bangkok, Thailand, dari cara melakukan pertukaran tongkat. Seluruh pelarinya harus belajar saat melakukan tryout ke Santa Barbara, Amerika Serikat. Zohri dkk melakukan latihan sebulan pada Maret hingga April lalu. Awalnya, mereka tidak mampu menembus catatan waktu hingga di bawah 39 detik.
Namun, tim itu mampu melakukannya saat perebutan medali di Asian Games. Kondisi ini tentu menjadi titik cerah untuk atletik Indonesia menjelang Olimpiade 2020 Tokyo. Meski begitu, Tigor mengatakan para pelarinya masih butuh kerja keras.
“Olimpiade memang kita bidik, bukan 2020, tapi 2024. Zohri saat ini masih berusia 18 tahun, enam tahun ke depan berusia 24 tahun. Itu adalah usia emas. Begitu juga dengan Bayu yang akan berusia 26 tahun pada 2024,” tuturnya Pelatih atletik Eni Nuraini mengatakan keberhasilan tim estafet putra memang sudah diprediksi untuk mendulang medali di Asian Games 2018.
Meski memiliki target pribadi bisa membawa Zohri dkk mendapatkan medali emas, dia tetap bersyukur anak asuhnya membawa pulang perak. Apalagi, dia juga terkejut dengan catatan waktu yang didapatkan para atletnya tersebut.
“Saya tidak memprediksi mereka bisa di bawah 39 detik. Selain itu, untuk membentuk tim estafet ini juga membutuhkan waktu dan seleksi panjang. Ada analisis, uji coba, bergantiganti pelari, dan penempatan posisi pelari diubah-ubah.
Tapi tetap kunci kemenangan ini adalah saat pertukaran tongkat di atas lintasan,” imbuhnya. Sementara itu, Bayu mengaku senang dengan hanya menjadi pelari cadangan, justru bisa menjadi penentu di lomba tersebut. Dia merasa tidak menyangka bisa menjadi bagian pelari terbaik di Indonesia itu. Untungnya, pelari berusia 20 tahun ini selalu siap jika sewaktu-waktu dipercaya tampil di nomor tersebut.
“Sebenarnya saya sudah memiliki persiapan sejak junior, saya sudah sering menjadi cadangan di lari estafet. Saya selalu menjadi pengganti pelari senior dan di situ saya mendapatkan pelajaran yang sangat besar. Atmosfer penonton juga terasa istimewa yang membuatnya saya semakin bersemangat. Saya berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang sudah mendukung kami,” kata Bayu.
Bagi Zohri, kemenangan ini dipersembahkan untuk masyarakat Nusa Tenggara Barat yang tertimpa musibah gempar bumi beberapa hari terakhir. Dia juga bangga akhirnya bisa mempersembahkan medali setelah pada lari 100 meter putra hanya menjadi yang tercepat ketujuh. Meski begitu, dia akan terus berusaha dan meningkatkan kemampuannya.
“Saya berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang sudah mendukung dan mendoakan kami bisa merebut medali perak. Saya bangga sekali dan bersyukur, bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Semoga ke depannya bisa lebih berprestasi lagi,” tutur Zohri.
Dengan keberhasilan ini, tim atletik Indonesia berhasil mengumpulkan dua perak dan satu perunggu selama di Asian Games 2018. Sebelumnya, pelari putri Indonesia Emilia Nova berhasil merebut perak pada nomor lari gawang 100 meter, serta Sapwaturrahman berhasil merebut medali perunggu di nomor lompat jauh putra. Total, Indonesia telah mengoleksi 30 emas, 23 perak dan 37 perunggu.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Pemuda Perindo Effendi Syahputra mengapresiasi dedikasi para atlet Indonesia yang berlaga di Asian Ga mes 2018. Selain menyum bangkan medali emas, kontingen Indonesia juga menyum bangkan sebagian besar bonus yang mereka dapat untuk korban gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Mereka juga menyum bangkan barang-barang pribadi untuk dilelang di konser amal. “Lelang memorabilia atlet Asian Games sangat positif sekali, ini menjadi bentuk kepedulian para atlet juga bagi mereka yang memenangkan lelang memorabilia tersebut,” ucapya.
Bahkan, para sprinter Merah Putih itu menciptakan rekor nasional pada lomba tersebut. Zohri bersama tiga rekannya, Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara, berhasil menyentuh garis finis kedua dengan catatan waktu 38,77 detik, yang merupakan rekor baru nasional.
Capaian itu hanya kalah dari kuartet Jepang, Ryota Yamagata, Shuhei Tada, Yoshihide Kiryu, Aska Antonio Cambridge, yang mendapatkan emas dengan 38,16 detik. Adapun perunggu berhasil diamankan oleh China yang berselisih 0,12 detik dari pasukan Indonesia.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor Tanjung mengatakan ini merupakan hasil yang luar biasa. Apalagi, nomor ini memang diproyeksikan untuk bisa meraih medali di Asian Games 2018. “Ini adalah komposisi terbaik di estafet, dan ini menjadi pertama kalinya bisa menem bus 39 detik,” ujar Tigor.
“Desain pembentukan tim ini, menarik karena harus menganalisis melalui pelatih, uji coba, hingga perlu berganti pelatih, penempatan pelari juga berubah. Komposisi ini bukan seperti ini, terakhir sebenarnya Yaspi Boby sebagai pelari terakhir. Tapi akhirnya Bayu yang menggantikannya,” tuturnya.
Selain itu, Tigor juga mengatakan kesuksesan tim estafet putra mendulang medali perak untuk pertama kalinya sejak terakhir diraih pada Asian Games 1966 di Bangkok, Thailand, dari cara melakukan pertukaran tongkat. Seluruh pelarinya harus belajar saat melakukan tryout ke Santa Barbara, Amerika Serikat. Zohri dkk melakukan latihan sebulan pada Maret hingga April lalu. Awalnya, mereka tidak mampu menembus catatan waktu hingga di bawah 39 detik.
Namun, tim itu mampu melakukannya saat perebutan medali di Asian Games. Kondisi ini tentu menjadi titik cerah untuk atletik Indonesia menjelang Olimpiade 2020 Tokyo. Meski begitu, Tigor mengatakan para pelarinya masih butuh kerja keras.
“Olimpiade memang kita bidik, bukan 2020, tapi 2024. Zohri saat ini masih berusia 18 tahun, enam tahun ke depan berusia 24 tahun. Itu adalah usia emas. Begitu juga dengan Bayu yang akan berusia 26 tahun pada 2024,” tuturnya Pelatih atletik Eni Nuraini mengatakan keberhasilan tim estafet putra memang sudah diprediksi untuk mendulang medali di Asian Games 2018.
Meski memiliki target pribadi bisa membawa Zohri dkk mendapatkan medali emas, dia tetap bersyukur anak asuhnya membawa pulang perak. Apalagi, dia juga terkejut dengan catatan waktu yang didapatkan para atletnya tersebut.
“Saya tidak memprediksi mereka bisa di bawah 39 detik. Selain itu, untuk membentuk tim estafet ini juga membutuhkan waktu dan seleksi panjang. Ada analisis, uji coba, bergantiganti pelari, dan penempatan posisi pelari diubah-ubah.
Tapi tetap kunci kemenangan ini adalah saat pertukaran tongkat di atas lintasan,” imbuhnya. Sementara itu, Bayu mengaku senang dengan hanya menjadi pelari cadangan, justru bisa menjadi penentu di lomba tersebut. Dia merasa tidak menyangka bisa menjadi bagian pelari terbaik di Indonesia itu. Untungnya, pelari berusia 20 tahun ini selalu siap jika sewaktu-waktu dipercaya tampil di nomor tersebut.
“Sebenarnya saya sudah memiliki persiapan sejak junior, saya sudah sering menjadi cadangan di lari estafet. Saya selalu menjadi pengganti pelari senior dan di situ saya mendapatkan pelajaran yang sangat besar. Atmosfer penonton juga terasa istimewa yang membuatnya saya semakin bersemangat. Saya berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang sudah mendukung kami,” kata Bayu.
Bagi Zohri, kemenangan ini dipersembahkan untuk masyarakat Nusa Tenggara Barat yang tertimpa musibah gempar bumi beberapa hari terakhir. Dia juga bangga akhirnya bisa mempersembahkan medali setelah pada lari 100 meter putra hanya menjadi yang tercepat ketujuh. Meski begitu, dia akan terus berusaha dan meningkatkan kemampuannya.
“Saya berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang sudah mendukung dan mendoakan kami bisa merebut medali perak. Saya bangga sekali dan bersyukur, bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Semoga ke depannya bisa lebih berprestasi lagi,” tutur Zohri.
Dengan keberhasilan ini, tim atletik Indonesia berhasil mengumpulkan dua perak dan satu perunggu selama di Asian Games 2018. Sebelumnya, pelari putri Indonesia Emilia Nova berhasil merebut perak pada nomor lari gawang 100 meter, serta Sapwaturrahman berhasil merebut medali perunggu di nomor lompat jauh putra. Total, Indonesia telah mengoleksi 30 emas, 23 perak dan 37 perunggu.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Pemuda Perindo Effendi Syahputra mengapresiasi dedikasi para atlet Indonesia yang berlaga di Asian Ga mes 2018. Selain menyum bangkan medali emas, kontingen Indonesia juga menyum bangkan sebagian besar bonus yang mereka dapat untuk korban gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Mereka juga menyum bangkan barang-barang pribadi untuk dilelang di konser amal. “Lelang memorabilia atlet Asian Games sangat positif sekali, ini menjadi bentuk kepedulian para atlet juga bagi mereka yang memenangkan lelang memorabilia tersebut,” ucapya.
Comments
Post a Comment